Pengajian Umum. Hadirilah pengajian umum dalam rangka tasyakuran peresmian jalan, dan dalam rangka halal BI halal, warga lingkungan RT.03/RW.02 Ngabul - Tahunan - Jepara, yang akan di laksanakan pada Sabtu 30 Juli 2016/ 25 Syawal 1437 Waktu 19.15 Waktu Sendang Sari Ngabul (ba'dal isyak). Dengan pembicara "Kyai Ahmad Nasikin" dari Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah.
IPNU IPPNU Priode 2018 - 2020
foto bersama ipnu ippnu ngabul dalam rangka pengajian umum
ANSOR dan IPNU-IPPNU Ngabul
Foto Bareng Ansor Desa Ngabul dalam rangka Pengajian Umum
PR IPNU-IPPNU NGABUL Priode 2015-2017
FOTO bersama keluarga IPNU-IPPNU Desa Ngabual sehabis pemilihan ketua baru.
IPPNU
Lomba Tingkat Kecamatan dalam rangka KONFERCAB KE VII Gerakan Ansor Kecamatan Tahunan
IPNU IPPNU Ngabul Dan Sahabat Difa Jepara
Silaturahmi dan halal bihalal di Gedung NU bersama sahabat Difa Jepara dengan menghadirkan teman2 difabel Jepara
Senin, 25 Juli 2016
Selasa, 31 Mei 2016
TERNYATA JUMLAH RASUL TERKANDUNG DALAM LAFAZ "MUHAMMAD"
Jika kita bicara sosok Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak akan pernah habis kita ungkapkan. Begitu banyak keistimewaan yang Allah anugerahkan kepada beliau. Semoga sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya, dan para shohabatnya, serta bagi orang-orang yang senantiasa mengikutinya sampai akhir zaman. Aamiin.
Tahukah anda, bahwa jumlah para rosul itu terkandung dalam lafazh “Muhammad” (محمد) ??? Maka kali ini kita akan mengungkap rahasia di balik lafazh tersebut.
Perlu kita ketahui, sebelum ada angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya, manusia menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan suatu jumlah tertentu. Kita mengenal angka romawi I untuk melambangkan angka 1, atau V untuk melambangkan angka lima, atau X untuk melambangkan angka 10.
Begitu pula dengan huruf-huruf Arab, setiap hurufnya mengandung simbol angka tertentu.
Berikut daftar simbol-simbol angka tersebut:
ﺃ = 1; ب= 2; ج = 3; د = 4; ﻫ = 5 ; و = 6; ز = 7; ح = 8; ط = 9; ي = 10; ك = 20; ل = 30; م = 40; ن = 50; س = 60; ع = 70; ف = 80; ص = 90; ق = 100; ر = 200; ش = 300; ت = 400; ث = 500; خ = 600; ذ = 700; ض = 800; ظ = 900; غ = 1000
Susunan huruf diatas bukan berdasarkan urutan yang kita kenal, yaitu a ba ta tsa’, dst, akan tetapi berdasarkan susunan “Abjad” seperti yang terlihat dalam urutan di atas (ﺃ, ب , ج , د = dibaca “Abjad”). Dan itu semua berasal dari bangsa Arab terdahulu.
Sekarang, mari kita hitung jumlah angka yang terkandung pada lafazh محمد. Hitungan ini sudah pernah dilakukan oleh Syaikh al-Malawi yang telah dikutip oleh Imam al-Bajuri (wafat 1277 H):
“Syaikh al-Malawi berkata: “Sebagian ulama telah beristinbath dari nama mulia ini (Muhammad) bahwa ia mengandung jumlah para rosul, yaitu 314. Di dalam kata محمد, terdapat 3 mim. Huruf mim jika dijabarkan, maka terdapat huruf م ي م (dari kata ميم). Satu م bernilai 40 dan ي bernilai 10. Maka dalam satu huruf mim bernilai 90. Dalam kata محمد, terdapat 3 huruf mim, maka totalnya 90 x 3 = 270. Kemudian ia terdapat huruf ha’ yang jika dijabarkan, terdapatح dan ﺃ (dari kata ﺤﺄ). Maka dalam huruf ha’ bernilai 8 + 1 = 9. Begitu juga huruf dal, terdapat د ا ل, maka nilanya 4 + 1 + 30 = 35. Jika dijumlahkan semuanya, maka totalnya 270 + 9 + 35 = 314. Maka pada nama beliau yang mulia itu, terdapat isyarat bahwa semua kesempurnaan yang ada pada seluruh rosul, semuanya ada pada diri beliau.” Selesai perkataan Syaikh al-Malawi.
Oleh karena itu, sebagian ulama bersyair:
ﺇن شئت عدة رسل كلها جمعا * محمد سيد الكونين من فضلا
خذ لفظ ميم ثلاثا ثم حا و كذا * دال تجد عددا للمرسلين علا
“Jika engkau menghendaki jumlah sekalian rosul, Maka dia telah dikumpulkan dalam lafazh Muhammad yang merupakan pemimpin dunia dan akhirat, yakni Nabi yang memiliki keutamaan.
Ambillah huruf mim tiga kali, kemudian huruf ha’ dan begitu juga huruf dal, Niscaya engkau dapatkan jumlah para rosul itu.”
(Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Kifayatil ‘Awam, halaman 17 – 18)
Jumlah di atas sesuai dengan yang dinyatakan oleh Syaikh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya, Fathul Mu’in:
“Telah shohih sebuah hadits bahwasannya jumlah para nabi ‘alaihimus sholatu was salam adalah 124.000 sedangkan jumlah para rosul adalah 315 (314 + Nabi Muhammad).”
(Fathul Mu’in lis Syaikh Zainuddin al-Malibari, halaman 33)
Begitulah keistimewaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Semua kesempurnaan yang ada pada seluruh rosul, ada pada diri beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, janganlah pernah bosan untuk senantiasa bersholawat dan merindukan beliau. Semoga kita semua termasuk yang diberi syafa’at oleh beliau di hari akhir nanti. Aamiin.
Oleh zafrullah zafrullah
Wallahu`alam
Allahumma shalli alaih
Tahukah anda, bahwa jumlah para rosul itu terkandung dalam lafazh “Muhammad” (محمد) ??? Maka kali ini kita akan mengungkap rahasia di balik lafazh tersebut.
Perlu kita ketahui, sebelum ada angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya, manusia menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan suatu jumlah tertentu. Kita mengenal angka romawi I untuk melambangkan angka 1, atau V untuk melambangkan angka lima, atau X untuk melambangkan angka 10.
Begitu pula dengan huruf-huruf Arab, setiap hurufnya mengandung simbol angka tertentu.
Berikut daftar simbol-simbol angka tersebut:
ﺃ = 1; ب= 2; ج = 3; د = 4; ﻫ = 5 ; و = 6; ز = 7; ح = 8; ط = 9; ي = 10; ك = 20; ل = 30; م = 40; ن = 50; س = 60; ع = 70; ف = 80; ص = 90; ق = 100; ر = 200; ش = 300; ت = 400; ث = 500; خ = 600; ذ = 700; ض = 800; ظ = 900; غ = 1000
Susunan huruf diatas bukan berdasarkan urutan yang kita kenal, yaitu a ba ta tsa’, dst, akan tetapi berdasarkan susunan “Abjad” seperti yang terlihat dalam urutan di atas (ﺃ, ب , ج , د = dibaca “Abjad”). Dan itu semua berasal dari bangsa Arab terdahulu.
Sekarang, mari kita hitung jumlah angka yang terkandung pada lafazh محمد. Hitungan ini sudah pernah dilakukan oleh Syaikh al-Malawi yang telah dikutip oleh Imam al-Bajuri (wafat 1277 H):
“Syaikh al-Malawi berkata: “Sebagian ulama telah beristinbath dari nama mulia ini (Muhammad) bahwa ia mengandung jumlah para rosul, yaitu 314. Di dalam kata محمد, terdapat 3 mim. Huruf mim jika dijabarkan, maka terdapat huruf م ي م (dari kata ميم). Satu م bernilai 40 dan ي bernilai 10. Maka dalam satu huruf mim bernilai 90. Dalam kata محمد, terdapat 3 huruf mim, maka totalnya 90 x 3 = 270. Kemudian ia terdapat huruf ha’ yang jika dijabarkan, terdapatح dan ﺃ (dari kata ﺤﺄ). Maka dalam huruf ha’ bernilai 8 + 1 = 9. Begitu juga huruf dal, terdapat د ا ل, maka nilanya 4 + 1 + 30 = 35. Jika dijumlahkan semuanya, maka totalnya 270 + 9 + 35 = 314. Maka pada nama beliau yang mulia itu, terdapat isyarat bahwa semua kesempurnaan yang ada pada seluruh rosul, semuanya ada pada diri beliau.” Selesai perkataan Syaikh al-Malawi.
Oleh karena itu, sebagian ulama bersyair:
ﺇن شئت عدة رسل كلها جمعا * محمد سيد الكونين من فضلا
خذ لفظ ميم ثلاثا ثم حا و كذا * دال تجد عددا للمرسلين علا
“Jika engkau menghendaki jumlah sekalian rosul, Maka dia telah dikumpulkan dalam lafazh Muhammad yang merupakan pemimpin dunia dan akhirat, yakni Nabi yang memiliki keutamaan.
Ambillah huruf mim tiga kali, kemudian huruf ha’ dan begitu juga huruf dal, Niscaya engkau dapatkan jumlah para rosul itu.”
(Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Kifayatil ‘Awam, halaman 17 – 18)
Jumlah di atas sesuai dengan yang dinyatakan oleh Syaikh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya, Fathul Mu’in:
“Telah shohih sebuah hadits bahwasannya jumlah para nabi ‘alaihimus sholatu was salam adalah 124.000 sedangkan jumlah para rosul adalah 315 (314 + Nabi Muhammad).”
(Fathul Mu’in lis Syaikh Zainuddin al-Malibari, halaman 33)
Begitulah keistimewaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Semua kesempurnaan yang ada pada seluruh rosul, ada pada diri beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, janganlah pernah bosan untuk senantiasa bersholawat dan merindukan beliau. Semoga kita semua termasuk yang diberi syafa’at oleh beliau di hari akhir nanti. Aamiin.
Oleh zafrullah zafrullah
Wallahu`alam
Allahumma shalli alaih
SEJARAH SINGKAT ANAK CUCU RASULULLAH ﷺ DI NUSANTARA
Keturunan Nabi Muhammad - Beliau Rasulullah ﷺ dikaruniai 7 anak 3 laki-laki dan 4 prempuan, yaitu Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zaenab, Ruqoiyah, ummu kultsum, dan Fathimah Azzahra. Setiap keturunan berasal dari ayahnya, namun khusus untuk Keturunan Sayyidatuna Fathimah bersambung kepada Rasulullah merekalah keturunan Nabi Muhammad ﷺ, sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: "setiap anak yg dilahirkan ibunya bernasab kepada ayahnya, kecuali anak-anak dari fathimah, akulah wali mereka, akulah nasab mereka dan akulah ayah mereka" (HR.Imam Ahmad)
Sayyidatuna Fathimah dikarunia 2 orang putra yaitu Sayyidina Hasan dan Saayidina Husein, dari kedua cucu Nabi ini lahir para anak cucuk Rasulullah yang hingga kini kita kenali dengan sebutan syarif, syarifah, Sayyid, dan Habib.
Keturunan dari Sayyidina Hasan, yaitu sering disebut dengan al-hasni hanya ada sedikit saja di indonesia.
Keturunan dari Sayyidina Husein, Sayyidina Husein wafat di Karbala, beliau mempunyai enam orang anak laki-laki dan 3 wanita, yaitu Ali Akbar, Ali Awsat, Ali Ashghar, Abdullah, Muhammad, Jakfar, Zainab, Sakinah dan Fathimah. Putra Sayyidina Husein keseluruhannya wafat terkecuali Al Awsat atau yang biasa dikenal dengan Nama Imam Ali Zainal 'Abidin, mempunyai putra bernama Muhammad Al-baqir, yang mempunyai Putra bernama Ja'far Ash-Shadiq yang menjadi Guru daripada Imam Hanafi, yang kemudian Imam Hanafi ini memiliki murid Imam Maliki, lalu Imam Maliki memiliki murid Imam Syafi'i dan Imam Syafi'i bermuridkan Imam Ahmad bin Hanbal.
Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq dilahirkan pada tahun 80 H riwayat lain menyebutkan 83 H, Meninggal di kota Madinah pada tahun 148 H dan dimakamkan di pekuburan Baqi. Keturunannya yaitu Ali Uraidi yang memiliki putra bernama Muhammad An-nagieb memiliki putra isa arumi dan memiliki putra ahmad al muhajir.
Ahmad bin Isa al-muhajir punya dua orang putra yaitu Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersama ayahnya ke Hadramaut, Yaman dan mendapat tiga putra yaitu Alwi, Jadid dan Ismail (Bashriy). Keturunan mereka punah dalam sejarah, sedangkan keturunan Alwi tetap lestari. Mereka menamakan diri dengan nama sesepuhnya Alwi, yang kemudian dikenal masyarakat dengan sebutan kaum Sayyid Alawiyin.
Kepindahannya ke Hadramaut disebabkan karena kekuasaan diktator khalifah Bani Abbas yang secara turun-menurun terus memimpin umat Islam, mengakibatkan rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat. Akibat dari kepemimpinan yang diktator, banyak kaum muslim berhijrah, menjauhkan diri dari pusat pemerintahan lalu hijrah dan menetap di Hadramaut, Yaman.
Penduduk Yaman khususnya Hadramaut yang mengaku penduduk asli dari qabilah Qahthan, yang awalnya bodoh dan sesat berubah menjadi mengenal ilmu dan berjalan di atas syariat Islam yang sebenarnya. Al-Imam al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan masyarakat Hadramaut yang memiliki faham khawarijme dengan akhlak dan pemahaman yang baik.
Para sayyid Alawiyin menyebarkan dakwah Islamnya di Asia Tenggara melalui dua jalan, pertama hijrah ke India kemudian pada tahap kedua dari India ke Asia Tenggara, atau langsung dari Hadramaut ke wilayah Asia Tenggara melalui pesisir India. Diantara yang hijrah ke India adalah syarif Abdullah bin Husein Bafaqih ke kota kanur dan menikahi anak menteri Abdul Wahab dan menjadi pembantunya sampai wafat. Lalu syarif Muhammad bin Abdullah Alaydrus yang terkenal di kota Surat dan Ahmadabad. Dia hijrah atas permintaan kakeknya syarif Syech bin Abdullah Al-Aydrus. Begitu pula keluarga Abdul Malik yang diberi dengan gelar ‘Azhamat Khan’. Dari keluarga inilah asal-muasal keturunan penyebar Islam di Indonesia khususnya di Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Kemudian dari India, mereka melanjutkan dakwahnya ke Indonesia, yaitu melalui daerah pesisir utara Sumatera yang sekarang dikenal dengan propinsi Aceh.
Menurut Profesor Dr. Hamka, sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan-keturunan Hasan dan Husain itu datang ke Indonesia, tanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu lalu kepulauan Indonesia dan Filipina. Memang harus diakui banyak jasa-jasa dari mereka dalam penyebaran Islam di seluruh Nusantara ini. Penyebar Islam dan pembangun kerajaan islam di Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam di Mindanau dan Sulu. Sesudah pupus keturunan laki-laki dari Iskandar Muda Mahkota Alam, pernah bangsa Sayyid dari keluarga Jamalullail menjadi raja di Aceh. Negeri Pontianak pernah diperintah oleh bangsa Sayyid al-Gadri. Siak oleh keluarga dari bangsa Sayyid Bin Shahab. Perlis (Malaysia) didominasi dan dirajai oleh bangsa dari Sayyid Jamalullail. Yang Dipertuan Agung III Malaysia, Sayyid Putera adalah raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tuanku Haji Bujang ialah berasal dari keluarga Al-Aydrus.
Kedudukan para sayyid di negeri ini yang turun-temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri di mana mereka berdiam. Kebanyakan dari mereka menjadi ulama dan ada juga yang berdagang. Mereka datang dari Hadramaut dari keturunan Imam Isa al-Muhajir dan al-Faqih al-Muqaddam. Mereka datang kemari dari berbagai keluarga. Yang kita banyak kenal dari mereka ialah dari keluarga As-Segaf, Al-Kaff, Al-Athas, Bin Syekh Abubakar, Al-Habsyi, Bafaqih, Al-Aydrus, Al-Haddad, Bin Smith, Jamalullail, Assiry, Al-Aidid, Al-Jufri, Bin Syahab, Al-Qadri, Albar, Al-Mussawa, Gathmir, Bin Aqil, Al-Hadi, Al-Zahir, Basyaiban, Ba’abud, Bin Yahya dan lain-lain.
Orang-orang dari Arab khususnya Hadramaut mulai datang secara masal ke Nusantara pada tahun-tahun terakhir diabad 18, sedangkan kedatangan mereka di pantai Malabar jauh lebih awal. Pemberhentian mereka yang pertama adalah di Aceh. Dari sana mereka lebih memilih pergi ke Palembang dan Pontianak. Orang-orang Arab mulai banyak menetap di Jawa setelah tahun 1820 Masehi, dan qabilah-qabilah mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara pada kisaran tahun 1870 Masehi. Pendudukan Singapura oleh Inggris pada tahun 1819 Masehi dan kemajuan besar dalam bidang perdagangan membuat kota itu menggantikan kedudukan Aceh sebagai perhentian pertama dan titik pusat imigrasi bangsa-bangsa Arab. Semenjak pembangunan pelayaran kapal uap di antara Singapura dan Arab, Aceh sudah menjadi tidak penting lagi..
Di pulau Jawa terdapat enam qabilah besar Arab, yaitu di Batavia yang sekarang dikenal dengan nama Jakarta, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Tegal, dan Surabaya. Di Madura hanya ada satu yaitu di Sumenep. Qabilah Arab di Surabaya dianggap sebagai pusat qabilah di pulau Jawa bagian Timur. qabilah Arab lainnya yang cukup besar berada di Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, Bangil, Besuki dan Banyuwangi. Qabilah Arab di Besuki mencakup pula orang Arab yang menetap di kota Panarukan dan Bondowoso.
Qabilah-qabilah Arab Hadramaut khususnya Alawiyin yang berada lokasi pesisir tetap menggunakan nama-nama qabilah mereka, sedangkan Alawiyin yang tidak dapat pindah ke pesisir karena berbagai sebab, Mereka berganti nama dengan nama-nama Jawa, mereka banyak yang berasal dari keluarga Ba’bud, Basyaiban, Bin Yahya dan lainnya.
Sumber : Kitab Syamsud Dhahiroh, Kitab Aqidatul Awwam dan berbagai sumber lainnya.
Sayyidatuna Fathimah dikarunia 2 orang putra yaitu Sayyidina Hasan dan Saayidina Husein, dari kedua cucu Nabi ini lahir para anak cucuk Rasulullah yang hingga kini kita kenali dengan sebutan syarif, syarifah, Sayyid, dan Habib.
Keturunan dari Sayyidina Hasan, yaitu sering disebut dengan al-hasni hanya ada sedikit saja di indonesia.
Keturunan dari Sayyidina Husein, Sayyidina Husein wafat di Karbala, beliau mempunyai enam orang anak laki-laki dan 3 wanita, yaitu Ali Akbar, Ali Awsat, Ali Ashghar, Abdullah, Muhammad, Jakfar, Zainab, Sakinah dan Fathimah. Putra Sayyidina Husein keseluruhannya wafat terkecuali Al Awsat atau yang biasa dikenal dengan Nama Imam Ali Zainal 'Abidin, mempunyai putra bernama Muhammad Al-baqir, yang mempunyai Putra bernama Ja'far Ash-Shadiq yang menjadi Guru daripada Imam Hanafi, yang kemudian Imam Hanafi ini memiliki murid Imam Maliki, lalu Imam Maliki memiliki murid Imam Syafi'i dan Imam Syafi'i bermuridkan Imam Ahmad bin Hanbal.
Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq dilahirkan pada tahun 80 H riwayat lain menyebutkan 83 H, Meninggal di kota Madinah pada tahun 148 H dan dimakamkan di pekuburan Baqi. Keturunannya yaitu Ali Uraidi yang memiliki putra bernama Muhammad An-nagieb memiliki putra isa arumi dan memiliki putra ahmad al muhajir.
Ahmad bin Isa al-muhajir punya dua orang putra yaitu Ubaidillah dan Muhammad. Ubaidillah hijrah bersama ayahnya ke Hadramaut, Yaman dan mendapat tiga putra yaitu Alwi, Jadid dan Ismail (Bashriy). Keturunan mereka punah dalam sejarah, sedangkan keturunan Alwi tetap lestari. Mereka menamakan diri dengan nama sesepuhnya Alwi, yang kemudian dikenal masyarakat dengan sebutan kaum Sayyid Alawiyin.
Kepindahannya ke Hadramaut disebabkan karena kekuasaan diktator khalifah Bani Abbas yang secara turun-menurun terus memimpin umat Islam, mengakibatkan rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat. Akibat dari kepemimpinan yang diktator, banyak kaum muslim berhijrah, menjauhkan diri dari pusat pemerintahan lalu hijrah dan menetap di Hadramaut, Yaman.
Penduduk Yaman khususnya Hadramaut yang mengaku penduduk asli dari qabilah Qahthan, yang awalnya bodoh dan sesat berubah menjadi mengenal ilmu dan berjalan di atas syariat Islam yang sebenarnya. Al-Imam al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan masyarakat Hadramaut yang memiliki faham khawarijme dengan akhlak dan pemahaman yang baik.
Para sayyid Alawiyin menyebarkan dakwah Islamnya di Asia Tenggara melalui dua jalan, pertama hijrah ke India kemudian pada tahap kedua dari India ke Asia Tenggara, atau langsung dari Hadramaut ke wilayah Asia Tenggara melalui pesisir India. Diantara yang hijrah ke India adalah syarif Abdullah bin Husein Bafaqih ke kota kanur dan menikahi anak menteri Abdul Wahab dan menjadi pembantunya sampai wafat. Lalu syarif Muhammad bin Abdullah Alaydrus yang terkenal di kota Surat dan Ahmadabad. Dia hijrah atas permintaan kakeknya syarif Syech bin Abdullah Al-Aydrus. Begitu pula keluarga Abdul Malik yang diberi dengan gelar ‘Azhamat Khan’. Dari keluarga inilah asal-muasal keturunan penyebar Islam di Indonesia khususnya di Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Kemudian dari India, mereka melanjutkan dakwahnya ke Indonesia, yaitu melalui daerah pesisir utara Sumatera yang sekarang dikenal dengan propinsi Aceh.
Menurut Profesor Dr. Hamka, sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan-keturunan Hasan dan Husain itu datang ke Indonesia, tanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu lalu kepulauan Indonesia dan Filipina. Memang harus diakui banyak jasa-jasa dari mereka dalam penyebaran Islam di seluruh Nusantara ini. Penyebar Islam dan pembangun kerajaan islam di Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam di Mindanau dan Sulu. Sesudah pupus keturunan laki-laki dari Iskandar Muda Mahkota Alam, pernah bangsa Sayyid dari keluarga Jamalullail menjadi raja di Aceh. Negeri Pontianak pernah diperintah oleh bangsa Sayyid al-Gadri. Siak oleh keluarga dari bangsa Sayyid Bin Shahab. Perlis (Malaysia) didominasi dan dirajai oleh bangsa dari Sayyid Jamalullail. Yang Dipertuan Agung III Malaysia, Sayyid Putera adalah raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tuanku Haji Bujang ialah berasal dari keluarga Al-Aydrus.
Kedudukan para sayyid di negeri ini yang turun-temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri di mana mereka berdiam. Kebanyakan dari mereka menjadi ulama dan ada juga yang berdagang. Mereka datang dari Hadramaut dari keturunan Imam Isa al-Muhajir dan al-Faqih al-Muqaddam. Mereka datang kemari dari berbagai keluarga. Yang kita banyak kenal dari mereka ialah dari keluarga As-Segaf, Al-Kaff, Al-Athas, Bin Syekh Abubakar, Al-Habsyi, Bafaqih, Al-Aydrus, Al-Haddad, Bin Smith, Jamalullail, Assiry, Al-Aidid, Al-Jufri, Bin Syahab, Al-Qadri, Albar, Al-Mussawa, Gathmir, Bin Aqil, Al-Hadi, Al-Zahir, Basyaiban, Ba’abud, Bin Yahya dan lain-lain.
Orang-orang dari Arab khususnya Hadramaut mulai datang secara masal ke Nusantara pada tahun-tahun terakhir diabad 18, sedangkan kedatangan mereka di pantai Malabar jauh lebih awal. Pemberhentian mereka yang pertama adalah di Aceh. Dari sana mereka lebih memilih pergi ke Palembang dan Pontianak. Orang-orang Arab mulai banyak menetap di Jawa setelah tahun 1820 Masehi, dan qabilah-qabilah mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara pada kisaran tahun 1870 Masehi. Pendudukan Singapura oleh Inggris pada tahun 1819 Masehi dan kemajuan besar dalam bidang perdagangan membuat kota itu menggantikan kedudukan Aceh sebagai perhentian pertama dan titik pusat imigrasi bangsa-bangsa Arab. Semenjak pembangunan pelayaran kapal uap di antara Singapura dan Arab, Aceh sudah menjadi tidak penting lagi..
Di pulau Jawa terdapat enam qabilah besar Arab, yaitu di Batavia yang sekarang dikenal dengan nama Jakarta, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Tegal, dan Surabaya. Di Madura hanya ada satu yaitu di Sumenep. Qabilah Arab di Surabaya dianggap sebagai pusat qabilah di pulau Jawa bagian Timur. qabilah Arab lainnya yang cukup besar berada di Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, Bangil, Besuki dan Banyuwangi. Qabilah Arab di Besuki mencakup pula orang Arab yang menetap di kota Panarukan dan Bondowoso.
Qabilah-qabilah Arab Hadramaut khususnya Alawiyin yang berada lokasi pesisir tetap menggunakan nama-nama qabilah mereka, sedangkan Alawiyin yang tidak dapat pindah ke pesisir karena berbagai sebab, Mereka berganti nama dengan nama-nama Jawa, mereka banyak yang berasal dari keluarga Ba’bud, Basyaiban, Bin Yahya dan lainnya.
Sumber : Kitab Syamsud Dhahiroh, Kitab Aqidatul Awwam dan berbagai sumber lainnya.
Minggu, 08 Mei 2016
Sejarah Masuknya Islam Ke Kepulauan Indonesia
![]() |
Peta Nusantara |
Penemuan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang meninggal pada tahun 696 H/1297 M, membuktikan bahwa di daerah tersebut sudah terbentuk suatu pemerintahan yang bercorak Islam. Munculnya Kerajaan Samudera Pasai dapat dihubungkan dengan lemahnya kekuasaan Sriwijaya sekitar abad itu.
Keadaan itu dipergunakan oelh orang-orang muslim untuk membentuk pemerintahan sendiri dengan mengangkat Marah Silu, kepala suku Gampong Samudera menjadi raja dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Di Pulau Jawa, agama Islam diperkirakan mulai berkembang pada abad ke-11. Bukti yang memperkuat dugaan tersebut adalah ditemukannya batu nisan Fatimah binti Maimun yang terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur, yang bertuliskan tahun 1082 Masehi.
Di Maluku, agama Islam mulai berkembang pada abad ke-14. Berkembangnya agama Islam di Maluku terkait erat dengan jalan perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.
Malomatiya (1350 – 1357) adalah Raja Ternate ke-12, bersahabat dengan para pedagang Arab dalam pembuatan kapal-kapal yang baik. Persahabatan ini menjadi suatu keuntungan bagi pertumbuhan agama Islam di kawasan Maluku. Sultan Ternate yang pertama kali memeluk agama Islam ialah Zainal Abidin (1465 – 1468).
Zainal Abidin memperoleh ajaran Islam dari Madrasah atau pesantren Prabu Giri Satmaka di Gresik, Jawa Timur yang didirikan oleh Sunan Giri atau Raden Paku. Timbulnya hubungan yang baik antara Ternate, Hilu, dan Giri di Jawa telah membuat sebagian besar masyarakat masuk dan memeluk Islam.
Di Kalimantan, kedatangan Islam terjadi sekitar abad ke-16. Banyak penduduk Kalimantan Selatan yang masuk Islam setelah Raden Samudera memegang tahta Kerajaan Banjar. Adapun masyarakat daerah Kalimantan Timur yang sebelumnya menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan agama Hindu, banyak yang berpindah agama Islam setelah dua orang mubaligh dari Sumatra Barat menyebarkan Islam ke daerah ini, terutama ke Kutai. Mereka adalah Dato’ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
Daerah Sulawesi, terutama bagian selatan telah didatangi pedagang muslim sekitar abad ke-15. Para pedagang tiba di Sulawesi melalui Malaka, Sumatra, dan Jawa. Tokoh-tokoh dari Sumatra Barat yang berperan menyebarkan agama Islam di Sulawesi Selatan adalah Dato’ri Bandang, Dato’ri Sulaeman, dan Dato’ri Tiro.
![]() |
Peta Kepulauan Indonesia |
Sejak kedatangan tokoh-tokoh ini, banyak masyarakat di Sulawesi Selatan yang menganut agama Islam. Demikian juga raja Kerajaan Gowa Tallo masuk Islam secara resmi pada tahun 1605.
Mengapa Islam mudah berkembang di Indonesia?
Sekitara abad ke-16 sampai 17, dapat dikatakan bahwa hampir sebagaian besar masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mudah berkembangnya agama Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
Ajaran Islam disebarluaskan dengan cara damai.
Ajaran Islam sederhana dan mudah dimengerti.
Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih menarik masyarakat.
Upacara-upacara keagamaan sangat sederhana.
Syarat seseorang masuk Islam mudah, hanya membaca dua kalimah syahadat.
Penyebaran Islam menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada sebelumnya.
Runtuhnya Majapahit dan kemuduran Sriwijaya membuat agama Islam semakin mudah berkembang.
Demikian pembahasan sekilas mengenai Masuknya Islam di kepulauan Indonesia, semoga menjadi catatan sejarah.
Selasa, 03 Mei 2016
Filosofi Tembang Gundul Pacul
🤓 GUNDUL-GUNDUL PACUL 🤓
Tembang Jawa ini konon diciptakan pada tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga, ternyata mempunyai arti filosofis yang dalam..
GUNDUL = kehormatan tanpa mahkota..
PACUL = cangkul, yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat..
Jadi pacul adalah lambang dari kawula rendah, kebanyakan petani..
Gundul Pacul, artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi dia adalah pemimpin yang mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya..
Orang Jawa mengatakan pacul adalah "papat kang ucul."
Kemuliaan seseorang tergantung dari 4 (empat) hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya :
1. Mata untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat/orang banyak..
2. Telinga untuk mendengar nasehat..
3. Hidung untuk mencium aroma kebaikan..
4. Mulut untuk berkata adil..
Jika 4 (empat) hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya..
Gembelengan artinya : besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya..
GUNDUL GUNDUL PACUL-CUL.
Jika orang yang kepalanya sudah kehilangan 4 (empat) hal/ indera mata , telinga , hidung dan mulut itu, maka mengakibatkan :
a. GEMBELENGAN (Congkak/sombong)..
b. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL KUL.
(Menjunjung amanah rakyat/orang banyak) dengan.. GEMBELENGAN (sombong hati)..
c. WAKUL NGGLIMPANG.
(Amanah/kekuasaan jatuh tak bisa dipertahankan)..
d. SEGANE DADI SAK LATAR.
(Berantakan sia-sia, tak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat)..
Ternyata lagu yang bernada lucu dan gembira ini bermakna dalam dan mulia.
✍� jadilah pimpinan yang bijak & amanah demi kepentingan orang banyak !
![]() |
Sunan Kalijaga |
GUNDUL = kehormatan tanpa mahkota..
PACUL = cangkul, yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat..
Jadi pacul adalah lambang dari kawula rendah, kebanyakan petani..
Gundul Pacul, artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi dia adalah pemimpin yang mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya..
Orang Jawa mengatakan pacul adalah "papat kang ucul."
Kemuliaan seseorang tergantung dari 4 (empat) hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya :
1. Mata untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat/orang banyak..
2. Telinga untuk mendengar nasehat..
3. Hidung untuk mencium aroma kebaikan..
4. Mulut untuk berkata adil..
Jika 4 (empat) hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya..
Gembelengan artinya : besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya..
GUNDUL GUNDUL PACUL-CUL.
Jika orang yang kepalanya sudah kehilangan 4 (empat) hal/ indera mata , telinga , hidung dan mulut itu, maka mengakibatkan :
a. GEMBELENGAN (Congkak/sombong)..
b. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL KUL.
(Menjunjung amanah rakyat/orang banyak) dengan.. GEMBELENGAN (sombong hati)..
c. WAKUL NGGLIMPANG.
(Amanah/kekuasaan jatuh tak bisa dipertahankan)..
d. SEGANE DADI SAK LATAR.
(Berantakan sia-sia, tak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat)..
Ternyata lagu yang bernada lucu dan gembira ini bermakna dalam dan mulia.
✍� jadilah pimpinan yang bijak & amanah demi kepentingan orang banyak !
Senin, 02 Mei 2016
Vakum Lama, IPNU-IPPNU Ngabul Aktif Kembali
IPNU-IPPNU Ngabul Aktif Kembali - Sejak 2005 lalu Pimpinan Ranting (PR) IPNU-IPPNU Ngabul Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah mengalami kevakuman. Dari kevakuman itu salah satu pengurus PC IPNU Jepara yang kebetulan berasal dari desa setempat berinisiatif mengajak kader-kader NU untuk menghidupkan kembali organisasi pelajar NU itu.
Alhasil, PR IPNU-IPPNU Ngabul aktif kembali dengan dilaksanakannya Pelantikan Pengurus PR IPNU-IPPNU masa khidmah 2013-2015 yang dilaksanakan di Gedung NU Desa Ngabul, akhir Juni kemarin.
Selaku Ketua PR IPNU Ngabul, Lukman Hakim didampingi Rachisatul Wachidah, Ketua PR IPPNU Ngabul menyatakan ikrar positif dari 40an pengurus itu membuat pihaknya terpanggil untuk nguri-nguri IPNU-IPPNU.
Setidaknya dikatakan Lukman dibawah kepemimpinannya ada 4 departeman yang akan turut mendukungnya: wirausaha, seni budaya dan olahraga, organisasi, dan pengkaderan serta informasi dan komunikasi.
Agar spirit makin kuat, pihaknya juga me-rawuh-kan pengurus NU desa setempat dan Banom yang ada semisal Muslimat, GP Ansor dan Fatayat. “Semoga semangat yang diberikan Banom itu menjadikan IPNU-IPPNU Ngabul eksis dan berkelanjutan,” harap Lukman.
KH Nur Cholis pengasuh Pesantren Nurul Mustofa Desa Ngabul dalam tausiyahnya memberikan apresiasi kepada kader NU yang telah mengorganisir kader NU untuk berjam’iyyah. Sebab menurutnya saat ini tidak gampang mengajak remaja kepada kebaikan. Karena itu lewat wadah IPNU-IPPNU Kiai Cholis mengharapkan menjadi aspirasi bagi anggota dan menjadi inspirasi bagi kader yang lain untuk bergabung.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Syaiful Mustaqim
Alhasil, PR IPNU-IPPNU Ngabul aktif kembali dengan dilaksanakannya Pelantikan Pengurus PR IPNU-IPPNU masa khidmah 2013-2015 yang dilaksanakan di Gedung NU Desa Ngabul, akhir Juni kemarin.
Selaku Ketua PR IPNU Ngabul, Lukman Hakim didampingi Rachisatul Wachidah, Ketua PR IPPNU Ngabul menyatakan ikrar positif dari 40an pengurus itu membuat pihaknya terpanggil untuk nguri-nguri IPNU-IPPNU.
Setidaknya dikatakan Lukman dibawah kepemimpinannya ada 4 departeman yang akan turut mendukungnya: wirausaha, seni budaya dan olahraga, organisasi, dan pengkaderan serta informasi dan komunikasi.
Agar spirit makin kuat, pihaknya juga me-rawuh-kan pengurus NU desa setempat dan Banom yang ada semisal Muslimat, GP Ansor dan Fatayat. “Semoga semangat yang diberikan Banom itu menjadikan IPNU-IPPNU Ngabul eksis dan berkelanjutan,” harap Lukman.
KH Nur Cholis pengasuh Pesantren Nurul Mustofa Desa Ngabul dalam tausiyahnya memberikan apresiasi kepada kader NU yang telah mengorganisir kader NU untuk berjam’iyyah. Sebab menurutnya saat ini tidak gampang mengajak remaja kepada kebaikan. Karena itu lewat wadah IPNU-IPPNU Kiai Cholis mengharapkan menjadi aspirasi bagi anggota dan menjadi inspirasi bagi kader yang lain untuk bergabung.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Syaiful Mustaqim
Sejarah Kota Jepara
Kota Jepara - Nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudi-an menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tiong-hoa bernama Yi-Tsing per-nah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa, dan diyakini berlokasi di Keling, ka-wasan Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Sima atau Ratu Shima yang dikenal sangat tegas dan ke-ras dalam memimpin rakyatnya.
Namun menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pa-da abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh pu-tranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menja-di daerah/kota niaga.Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Falatehan yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada menantunya yaitu Pangeran Hadiri suami dari Ratu Retno Kencono, namun pa-da tahun 1549 Pangeran Hadiri dibunuh oleh Aryo Penangsang akibat perebutan kekuasaan di ke-rajaan Demak setelah wafatnya Sultan Trenggono.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar “NIMAS RATU KALINYAMAT”. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi bandar niaga utama di pulau Jawa dan menjadi pangkalan Angkatan Laut. Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan, hal ini dibuktikan de-ngan pengiriman kapal perangnya ke Malaka untuk menggempur Portugis pada tahun 1551 dan 1574. Dan oleh orang Portugis dijuluki “RAINHA DE JEPARA” atau “SENORA DE RICA” yang artinya Raja Jepara seorang yang sangat berkuasa dan kaya raya.Selain itu Ratu Kalinyamat juga berjasa dalam membudayakan Se-ni Ukir yang sekarang jadi andal-an utama ekonomi Jepara, yaitu perpaduan Seni Ukir Majapahit dengan Seni Ukir Patih Bandar duwung yang berasal dari Negeri Cina.
![]() |
Jepara Tempo Dulu |
Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur, maka penetapan Hari Jadi Jepara mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara, yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal Tahun 956 H atau 10 April 1549, ini telah ditandai dengan Candra Sengkala “TRUS KARYA TATANING BUMI” atau Terus Bekerja Keras Membangun Daerah.
Sejarah Desa Ngabul
CIKAL BAKAL DESA NGABUL
Mbah datuk Jokosari - adalah pemuda ( JOKO) menpunyai nama Syeh Asy’ari atau Syeh Bandar sari/ datuk surowidi, merupakan ulama juga Perwira/tentara perang dari kerajaan Islam di Samudra Pasai
Syeh Asy’ari/ Syeh bandarsari ( Mbah Jokosari) dengan kakak kandung nya bernama Wulansari melakukan pelarian perang/ pengembaraan setelah kalah perang ke Desa Ngeling di Kabupaten Jepara, Datuk Jokosari pernah menempuh hidup di Desa ini, setelah ditinggal kawin kakaknya (Dewi Wulan sari) , syeh Asy’ari atau Bandarsari pindah ke Desa Ngabul (nama sekarang) dengan membagi bekal dengan kakaknya ,dijelaskan kakaknya mendapat bagian perbekalan hidup yang dibawanya, begitu pula dengan Datuk Jokosari sebagai saudara mudah mendapat separoh perbekalan yang dibawah dan seekor ayam jantan/Jago beliau bawa, Mbah Jokosari mempunyai banyak sahabat, salah satunya Mbah Gondelan, karena keakrabannya Mbah Jokosari dengan Mbah Gondelan berencana membangun Masjid sebagai tempat beribadah dan mensyiarkan agama Islam.
Misi baiknya ini dibuktikan dengan bersama – sama berkerja keras membuat bata bersama dengan mbah gondelan.
Bata yang dibuat tersebut hanyalah untuk membangun Masjid, namun niatan itu tidak jadi terwujud dikarenakan mbah gondelan menginginkan masjid dibangun di lor kali (utara sungai) tetapi datuk jokosari menginginkan masjid dibangun di kidul kali ( selatan sungai),sehingga rencana itu ditunda .
Bangunan masjid yang belum jadi tersebut , pada suatu saat ada banjir besar /bandang dan menghanyutkan bangunan masjid tersebut, diceritakan terbawanya bangunan masjid itu sampai ke Desa Rau Kecamatan Kedung Jepara.
Banyak peninggalan yang bisa dijadikan bukti sejarah di tempat ini, seperti Batu Bata,Pohon besar yang bernama timoho/timoyo yang tumbuh di punden Jokosari ini konon dijadikan tempat menaruh Pedang ( senjata perang seorang perwira) dan sabuknya, terbukti pohon itu ada lekoan – lekoannya, diceritakan setelah datuk jokosari gagal membangun masjid yang direncanakan tersebut, kemudian melanjutkan perjuangannya sampai ke gresik, tetapi tempat bersejarah ini selalu dikenang sebagai tempat singgahnya, selama tinggal di sini, tempat bersesuci ( mandi, wudlu) selalu disendangsari, sehingga pada akhirnya sendang sari diyakini ada kasiyatnya untuk mandi para perawan/ jejaka yang susah mendapatkan jodoh, sampai sekarang masyarakat Ngabul masih mengadakan ritual/ kebudayaan Desa SEDEKAH BUMI setiap hari ahad legi bulan Apit (jawa) atau (Dulkho’dah), dengan harapan masyarakat Desa Ngabul hidupnya menjadi berkah dan selalu ditambah Rizqinya oleh Allah SWT dan menjadikan Desa Ngabul terhindar dari bala’ atau musibah.
Setiap hari jum’at wage juga banyak di kunjungi para peziarah, diyakini para pinisepuh untuk tawasulan mengharap mendapat petunjuk/ridho Allah, agar dalam menjalani kehidupan selalu mendapat jalan, dan mendapat Ridho Allah.
Pada akhir – akhir ini makam mbah Datuk Jokosari ramai peziarah, karena banyak ulama’ mengatakan bahwa mbah datuk adalah orang sholeh ( Wali Allah) .
Sejarah Desa Ngabul dimulai pada zaman abad 16 diwilayah yang dibatasi dengan sungai (Jokosari – Krajan), dua kubu tersebut sering berseteru dan masing – masing wilayah mempunyai pimpinan yang sakti mandra guna/ digdoyo.
Setiap hari kedua pemimpin tersebut saling mengadu kesaktian , kedua pimpinan itu tidak pernah akur sehingga sesepuh Desa ( Mbah Datuk Jokosari) mengajak kedua pimpinan wilayah tersebut berembuk ,dan mendapatkan hasil kesepakatan yaitu dua wilayah itu dijadikan menjadi satu wilayah Desa, dengan dipimpin satu Kepala Desa yang disebut Petinggi.
Dengan kejadian itulah maka Desa ini dinamakan Desa Ngabul, karena terkabulnya upaya mendamaikan dua kubu yang berseteru tersebut.
![]() |
Makam Mbah Joko Sari Desa Ngabul |
TEMPAT BERSEJARAAH
Punden Jokosari - Tempat dimana sesepuh/Danyang/Cikal bakal Desa, mengadakan kegiatan Ritual dan tempat dimakamkan nya datuk Jokosari. Disana juga terdapat makam Petinggi desa Ngabul ( TOWI KROMO PARNI),terletak di Dukuh Jokosari kira- kira 1,5 KM dari Pusat Pemerintah Desa Ngabul ( Balai Desa).
Mbah jokosari yang seorang pelarian perang konon juga punya beberapa pusaka antara lain pedang kangkam,wesikuning,lenggo tolo dan mungkin masih banyak lagi , dan semua pusaka itu sebagai penjagaan Desa ( tunggon Deso) agar Desa ini menjadi aman dari ancaman musuh juga menjadikan Desa yang tentram, makmur, sejahtera
Dan menurut cerita orang tua, pusaka itu bisa dipinjam jika Desa Ngabul dalam kondisi darurat (bahaya) dapat masalah atau ancaman dari Desa luar.
Dan yang bisa pinjam adalah seorang bayi yang lahir yatim serta masih ada hubungan dengan mbah Jokosari ( LAJER ).
Disitu juga terdapat pohon degenan, disebelah pohon besar, yang konon merupakan tongkat yang ditancapkan.
Pohon ini juga berkasiat menyembuhkan pegel linu dan pohon timoho/timoyo yang dulu dijadikan tempat mengantungkan pedang dan pusaka yang lain termasuk sabuknya.
![]() |
Pohon Degenan terletak di Makam Jokosari Desa Ngabul |
Ya kiranya hanya itu yang aku tau soal mbah jokosari....!!! Salam BBB
Kiriman : hanafi_end
Minggu, 01 Mei 2016
Sejarah Berdirinya IPNU IPPNU

Lahirnya IPNU - Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul Ulamayang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar dan santri putra. IPNUdidirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada KonbesLP Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo),dan Abdul Ghony Farida (Semarang).Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi SegiLima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dariYogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubahkepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan IPNUmeluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003,IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad mengembalikan basisnya disekolah dan pesantren.Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananyasyari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Untuk mewujudkan visi tersebut, IPNU melaksanakan misi: (1) Menghimpun danmembina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi; (2) Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa; (3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasidengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat(maslahah al-ammah), guna terwujudnya khaira ummah; (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dankerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.Sebagai salah satu perangkat organisasi NU, IPNU menekankan aktivitasnya pada programkaderisasi, baik pengkaderan formal, informal, maupun non-formal. Di sisi lain, sebagai organisasi pelajar, program IPNU diorientasikan pada pengembangan kapasitas pelajar dan santri, advokasi, penerbitan, dan pengorganisasian pelajar.Kini IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan Cabang ditingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah tersebar di seluruh Indonesia.Disini IPPNU tidak akan lepas dari sejarah IPNU, karena merupakan satu wadah yangsama untuk para pelajar dengan latar belakang NU. Sehingga lahirnya IPPNU pun juga karena para pelajar putri yang tergabung dalam IPNU ingin mempunyai wadah sendiri, yang tidak menjadi satudengan para pelajar putra. Ini bisa dimaklumi, karena pada saat itu sudah mulai muncul konflik gender yang imbasnya juga sampai pada negara kita. Maka para pelajar putri ingin mendapatkan“keistimewaan” yang lebih.
Lahirnya IPPNU - Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putriyang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolanini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU danBanom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akandiadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malangdinamakan IPNU putri.Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955,ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesaneksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang danKediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (MahmudahMawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
- Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
- Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri.
- Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabangselanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu
- Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib
- PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
- Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepadaPB Ma’arif NU.
Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang turut mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khususorganisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnyatidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX diJombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNUyang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.Selanjutnya, angin segar reformasi telah pula mempengaruhi wacana yang ada dalamIPPNU. Perjalanan organisasi ketika menjadi “putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNUyang seharusnya menjadi organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk kembali ke basissemula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25Maret tahun 2000 mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan penguatan wacana gender. Namun, pengembalian ke basis pelajar saja dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongreske XIII IPPNU di Surabaya tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembalike basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri NahdlatulUlama”.
Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan pelajar putridengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada kepentingan politik praktis yang bisamembelenggu gerak organisasi. Namun perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebihdiartikan pada upaya pengayaan proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam berinteraksidan bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat Indonesia dengan mengedepankanidealisme dan intelektualisme.
Sabtu, 30 April 2016
Pengajian Umum Haul Warga Krajan
Hadirilah Pengajian Umum dalam rangka Haul Umum Warga Krajan dan Peringatan Isro'Mi'roj Nabi Muhammad SAW yang akan dilaksanakan besok pada.
Hari/Tanggal : Ahad, 1 Mei 2016
Waktu : 19:30 WIB sampai selesai
Tempat : Makam Krajan/Gondelan Ngabul RT.002/ RW.002 -Tahunan - Jepara
Pembicara : K.H. Adnan Kasogi, S. Pd.I dari Kudus, Jawa Tengah
Hari/Tanggal : Ahad, 1 Mei 2016
Waktu : 19:30 WIB sampai selesai
Tempat : Makam Krajan/Gondelan Ngabul RT.002/ RW.002 -Tahunan - Jepara
Pembicara : K.H. Adnan Kasogi, S. Pd.I dari Kudus, Jawa Tengah
Lirik Lagu Mars IPNU & IPPNU
Wahai Pelajar Indonesia,
Siapkanlah barisanmu
Bertekad bulat bersatu,
dibawah kibaran panji IPNU
Ayohai Pelajar Islam yang setia,
kembangkanlah agamamu
Dalam negara Indonesia
tanah air yang ku cinta
Dengan berpedoman kita belajar,
berjuang serta bertaqwa
Kita bina watak nusa dan bangsa,
tuk kejayaan masa depan
Bersatu wahai pelajar Islam yang jaya,
tunaikanlah kewajiban yang mulia
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur.
Mars IPPNU | Karya : Mahbub Junaidi
Sirnalah gelap terbitlah terang,
mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang,
sgala rintangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman,
tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada Tuhan,
tegak kepala lawan derita
Di malam yang sepi, di pagi yang terang
Hatiku teguh bagimu ikatan
Dimalam yang hening, di hati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri.
Pengertian IPNU-IPPNU
IPNU dan IPPNU Adalah organisasi yang berazaskan pancasila, beraqidah Islam Ahlussunah Wal Jama'ah yang mengikuti salah satu madzhab 4 (empat) : (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali) yang bersifat, keterpelajaran, kekaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954 untuk IPNU dan 8 Rajab 1374 H yng bertepatan dengan tanggal 2 Maret 1955 untuk IPPNU.
Langganan:
Postingan (Atom)